Saturday, March 24, 2012

Antara Cottage, Saung, dan Ciseeng Part 1

Liburan. Mungkin hampir semua mahasiswa merindukan apa yang dinamakan dengan liburan. Ironis memang ketika seseorang harus menghabiskan waktunya mulai hari senin sampai hari sabtu bahkan terkadang hari minggu di sebuah laboratorium. Tapi gue sama sekali ga nyesel dengan apa yang udah gue pilih. Tuhan yang udah milihin semua ini buat gue. Dalam roll playing hidup gue, mungkin ini stage yang banyak hambatannya, sekarang tinggal guenya mampu atau engga buat maju ke stage berikutnya.

Kembali lagi ke liburan. Waktu itu adalah akhir dari semester 3. Gue dan temen-temen deket gue sudah merencanakan dari jauh hari buat liburan ke Anyer. Kami memilih hari terakhir ujian sebagai waktu keberangkatan. Hari Senin 21 Januari 2011 adalah ujian ekologi perairan (ga kerasa udah satu tahun lebih), ujian tertulis terakhir di semester 3. Agak berat juga ternyata membagi pikiran di malam harinya antara ujian dan liburan. Personil yang ikut waktu itu adalah 12 orang termasuk gue, berikut profil singkat mereka.

Mashita Yulistiani. Biasa dipanggil Sita, Sitong, atau Itoh. Jangan pernah nyuruh dia ketewa di bawah pohon malem-malem karna suara ketawanya beda tipis sama si tante. Sita berbadan mungil, berbehel dan berambut panjang. Jidatnya sering dipakai buat absen sidik jari, main golf atau bahkan buat gelar panggung dangdutan. Suaranya bisa terdengar dari jarak 200 meter. Sita tergolong lincah dan berisik. Dia termasuk orang yang suka merasa tidak enakan dengan orang lain dan termasuk wanita yang anti nangis karena seorang cowok.

Ia Arga Dhelia. Biasa dipanggil Arga, Agra, atau Mbak Arga. Kelahiran tahun 1990 sehingga menjadi sensasi tersendiri buat ngeledek wanita berkerudung dan berbehel ini. Terkenal dengan jam tangannya yang diubah 30 menit lebih cepat dari waktu sebenarnya namun juga terkenal dengan kedatangannya yang suka telat. Aneh memang. Seorang cewek yang perhatian sama temen dan peka banget kalau temen lagi susah. Gelarnya adalah duta single 2010, duta single 2011, duta single 2012. Masih segan menyerahkan mahkota ke penerusnya.

Dwi Safitri. Biasa dipanggil Piti atau Fitri. Lagi-lagi merupakan cewek berbehel. Cantik dan terkadang senyumnya mirip Acha Septriasah. Kebalikan dari Sita, Piti adalah wanita perasa (baca: rapuh). Suka galau di samping bak mandi kalau udah ada masalah tentang cowok. Bertangan dewa. Kecepatan menulisnya mungkin lebih cepat dari ojek-ojek di kampus IPB. Tapi hasil tulisannya sungguh artistik. Suka menolong teman yang kesusahan dan merupakan orang yang paling cekatan di antara temen-temen gue.

Risa Nurul Fitra. Berbehel. Lagi lagi dan lagi. Wanita berkerudung ini paling telaten dan nurut sama perintah orang tua. Merupakan anggota UKM bela diri seni capoera tapi paling takutan di antara kita.

Anak Agung Ayu Putu Puspita Negara. Keterlaluan kalau ada yang mikir dia orang batak atau orang sunda setelah denger namanya. Cewek blesteran jawa-bali ini biasa dipanggil dengan Mpus. Ironis sekali, nama sudah kelewat panjang, dipanggilnya hanya Mpus. Mpus merupakan primadona FPIK. Entah susuk apa yang dia pakai sampai cowok-cowok bertekuk lutut dengan mudah. Sayangnya Tuhan memang satu kita yang tak sama. Jadian untuk putus. Hal itu yang terjadi waktu Mpus masih jadian dengan cowok yang berbeda keyakinan sama dia. Tapi sekarang udah beda. Bahkan kalau bisa secepatnya Mpus dipinang karna susah terlalu serasi dengan pasangannya yang sekarang.

Affan Muhammad. Agak sedih juga mendeskripsikan cowok yang satu ini. Gue hampir meneteskan air mata pas nulis sekarang. Cowok ini termasuk cowok yang ajaib. Dia bisa menghilang dalam gelap. Agak samar kalau ke kampus pakai baju hitam. Antara pakai baju dengan tidak karena warnanya nyaru sama kulitnya. Berwajah mirip Ramon Tungka yang main CAS. Tapi itu dulu pas rambutnya pendek. Begitu rambutnya gondrong seperti sekarang, jadi lebih mirip dengan Ramon Tungku. Biasa dipanggil dengan Affan atau Mamang. Seorang temen yang paling setia dan care. Cara bercandanya pengertian banget timing dan caranya. Membantu orang selalu sampai tuntas.

Aditya Yudha Prawira Soekarno. Biasa dipanggil Yudha. Orang yang sangat amat aneh. Gue rasa dia dilahirkan sebagai penghibur. Kegiatannya tergolong cacat semua. Hampir 30 video yang ada di hp gue isinya yudha semua. Yudha joget. Yudha pantonim. Yudha nyanyi. Dan banyak lagi video yang isinya gerakan aneh dari tubuh dia. Yudha adalah seorang yang berani kandang. Kalau udah berada di luar kandangnya pasti langsung kicep. Dia adalah orang yang ga bisa mesen makanan sendiri. Setiap mau makan, pasti dia bakal nanya "ini cara mesennya gimana?"

Dhani Aprianto. Dhani tergolong tidak terlalu banyak bicara seperti yang lain. Tapi sekalinya bicara pasti bertolak belakang dengan kenyataan.
"Dhan, lo yang absenin gue ya?" tanya Affan.
"Bukan kok."
Setelah Affan berkeliling, ternyata memang Dhani yang mengabsen Affan. Begitu terus selanjutnya. Merupakan seorang yang berorientasi ke masa depan. Bisa dibilang diam-diam menghanyutkan.

Budi Dwi Febriyanto. Yang pasti nama panggilannya bukan Dwi. Merupakan sasaran "empuk" dalam arti sebenarnya. Posturnya yang seperti doraemon membuat jadi lucu jika membayangkan dia bereplikasi menjadi 10 kemudian menggunakan kaos warna warni satu sama lain. Sepuluh Budi itu kemudian duduk di meja makan yang panjang, kemudian memukul-mukul meja bersama-sama sambil berteriak "Makan! Makan!"
Budi termasuk cowok yang sangat peka. Dia yang paling tau kalau gue lagi ada masalah. Pengertian dan solusinya sangat membantu. Centil sama semua cewek, tapi pergerakannya udah terbatas sejak baru jadian sekitar 4 bulan yang lalu.

Handi Fauzi Harahap. Panggilannya bukan Handi, bukan Fauzi, juga bukan Harahap. Dia biasa dipanggil "Bokep". Awal kenal dengan bokep, gue juga ga ngerti kenapa dia dipanggil bokep karena menurut gue masih jauh lebih bokep Budi dibanding Handi. Gue baru tau ketika Tantina (temen SMA bokep) menceritakan kenapa Handi dipanggil bokep. Ternyata karna mukanya yang kayak gitu. Padahal menurut gue biasa aja (perez). Bokep juga orang yang care banget sama yang namanya temen. Asik diajak jalan. Dan suka mengeluarkan kalimat-kalimat aneh tidak tepat pada waktunya.
"Matanya jangan larak lirik ya" kata asisten praktikum yang sedang mengawasi jalannya kuis.
"Oh dia mau nyebrang itu Kak" jawab Handi.
Buyarlah apa yang udah gue pelajarin. Padahal gue juga belom belajar sih buat kuis itu.

Imam Hidayat. Mungkin slogan hidup dia adalah 'malu bertanya, sesat di jalan'. Imam adalah seseorang yang sangat sering bertanya. Entah saat kuliah atau praktikum. Pagi siang sore atau pun malam. Musuh terbesarnya adalah insomnia. Berbeda dengan Sita yang dapat tidur dimana saja. Imam memiliki solidaritas yang tinggi. Perhatian dan suka membantu temen yang lagi susah.

Sejak semester 3, semester yang mempertemukan kita berdua belas, kita memang sudah cukup dekat. Dalam satu minggu, kita selalu menyempatkan untuk satu kali jalan. Walaupun pada akhirnya mungkin sekali sebulan saja sudah sangat luar biasa. Di akhir semester 3, kita memang sudah merencanakan untuk pergi liburan ke tempat yang agak jauh. Saat itu Anyer menjadi salah satu pilihan tepat yang kami pilih.

Singkat cerita, setelah ujian ekoper kita menjadwalkan untuk berangkat. Waktu itu kami menyewa dua mobil avanza.
Yang menjadi driver di mobil pertama adalah Yudha. Isinya adalah gue, Arga, Sita, Affan, dan Dhani. Gue sengaja milih mobil yang ini karena memang teksturnya yang lebih mulus dan kacanya yang agak gelap sehingga tidak risih jika dilihat dari luar.
Mobil yang kedua gue namakan mobil akuarium. Kaca mobil tersebut terang benderang. Drivernya adalah Budi bergantian dengan Bokep. Isinya adalah Imam, Mpus, Piti, dan Risa.
dari kiri ke kanan: Arga, Sita, Dhani, Affan

gue (lupa ini akting atau bukan)

*maaf ya yang di mobil satu lagi gue ga punya dokumentasinya
Kita berangkat dari dramaga sekitar jam 2 siang. Sangat jauh dari target yang seharusnya jam 11 pagi. Awal keberangkatan sudah dimulai dari sesuatu yang salah. Gue berharap kesalahan di awal keberangkatan ini tidak berlanjut sampai kita sampai di sana. Waktu itu kita terlambat karena lama menunggu kedatangan Budi. Budi saat itu datang dengan Yudha. Ternyata Yudha pun datang dengan lupa membawa SIM. Singkat cerita kita pun berangkat. Perjalanan di awal sungguh menyenangkan. Jalanan saat itu tidak terlalu macet. Untuk mencapai Anyer, kita harus mengambil jalan ke Tangerang kemudian Cilegon. Kami memutuskan untuk ke Tangerang lewat tol karena kita harus menjemput Bokep terlebih dahulu di daerah yang sudah dekat dengan pintu tol. Di jalan tol kami berjalan beriringan. Yudha lebih banyak memimpin perjalanan kali ini. Sampai di jalan tol kita sama-sama jadi orang yang paling buta arah. Gue, Mpus, dan Dhani yang notabene orang tangerang, ternyata tidak tau rute
ke tangerang lewat jalan tol. Maklumlah karena kami terbiasa pulang menggunakan angkutan umum.

Intinya sekarang gue dan kesebelas temen gue terjebak dalam situasi ga tau arah. Kita sama-sama buta jalan. Satu-satunya yang bisa kita andalkan adalah marka jalan. Namun ternyata hal itu juga tidak cukup membantu. Gue dan temen-temen gue dengan sukses tersesat di jalan tol. Dan yang lebih parah lagi ternyata kita tersesat di dalam kemacetan.
Hari sudah semakin sore. Kesasar dan kejebak macet ternyata adalah kombinasi yang sangat tepat untuk mereduksi semangat dan kebahagiaan kita saat itu. Sekarang yang tinggal adalah kesel dan bosan.

Kejadian pertama yang memicu intrik di antara kita pun dimulai. Saat itu kita masih berada di jalan tol. Yudha masih stay memimpin rute perjalanan kali ini. Dari kejauhan terlihat marka jalan di sebelah kiri yang menunjukkan jalan keluar tol. Dan yang membahagiakan adalah disana juga tertulis bahwa jalan tersebut adalah jalan keluar tol arah Tangerang. Gue pikir penderitaan kita bakalan berakhir di sini. Ternyata gue salah. Ini semua adalah awal dari penderitaan.
Yudha yang cukup jeli melihat marka jalan tersebut langsung mengarahkan mobil untuk jalan di lajur kiri agar dengan mudah belok dan keluar dari jalan tol tersebut. Dhani yang saat itu duduk di paling belakang, bertugas memantau keberadaan mobil Bokep.
"Dhan, mobilnya Bokep masih ngikutin kan?" tanya Yudha sambil tetap fokus menyetir.
"Aman aman," jawab Dhani dengan yakin.

Sampailah mobil kami di jalan keluar tol. Yudha mengarahkan mobil ke kiri sesuai dengan petunjuk marka jalan. Ternyata saat itu antrian mobil keluar jalan tol cukup padat. Kami terpaksa mengikuti antrian mobil yang cukup panjang tersebut. Dari antrian mobil tersebut, kita bisa melihat ke arah kanan. Di kanan kami masih merupakan jalan tol yang kami sendiri tidak tahu akan berujung dimana. Jalan tersebut sepi dan mobil yang lewat pun berjalan cukup kencang. Kemacetan di arah keluar tol ini membuat Yudha bebas bergerak dan dapat ikut dalam obrolan kami saat itu. Yudha pun menoleh ke belakang untuk melihat ke arah kami.
"Dhan, mobilnya Bokep aman kan?" tanya Yudha kembali memastikan.
"Aman-aman. Nih ada di belakang kita," jawab Dhani yang juga ikut memastikan dengan melihat ke belakang untuk melihat keberadaan mobil Bokep.
Yudha pun langsung menimpali dan berkata
"Bete parah ya kalau misalnya kita udah ngantri ke arah keluar tol gini, terus tiba-tiba mobilnya Bokep lewat aja lurus di samping kita bukannya ambil jalan ke kiri buat keluar tol..."
Dan WUSSSHHH!!!!
Belum selesai Yudha ngomong, ternyata benar saja, mobil Bokep lewat dan lurus terus di dalam jalan tol.
"i i itu MOBILNYA BOKEP!!!" teriak gue saat itu.
Gue yakin itu mobilnya bokep karena di kaca mobil belakangnya ada semacam buntut marsupilami yang emang udah gue perhatiin dari awal berangkat. Dan plat mobilnya pun dimulai dari huruf T yang menambah keyakinan gue saat itu.
"Loh Dhan, bukannya mereka di belakang kita?" tanya Affan saat itu.
Dhani langsung kembali menoleh ke belakang untuk melihat mobil yang dia bilang adalah mobil bokep.
"Eh ternyata yang di belakang kita bukan mobilnya Bokep deng" jawab Dhani dengan bijaksananya.

Panik. Itulah yang saat itu terjadi di mobil kami.
"Telpon telpon si Mpus. Kasih tahu mereka salah jalan," kata Yudha
"Iya ini mau ditelepon sama si Yoshi," jawab Sita dengan suara cemprengnya.
Akhirnya kita memutuskan untuk jalan sendiri-sendiri dan janjian untuk bertemu di jalan keluar tol Cilegon. Tapi ternyata Tuhan mempertemukan kami lebih cepat. Kami bertemu di jalan rest area jalan tol arah Merak yang masih berlokasi di Tangerang. Saat itu mobil gue tiba lebih dulu. Kita memutuskan untuk menunggu sambil makan karna hari sudah sangat sore dan perut kami sudah tidak bisa diajak kompromi. Pilihan kami adalah makan di bakso lapangan tembak. Satu-satunya tempat makan yang harganya paling mengerti kita dibandingkan tempat lain yang ada di situ.
Selesai kami makan, kami akhirnya bertemu dengan rombongan mobil Bokep yang juga sudah kelaparan saat itu. Kami memang sudah menyiapkan bekal untuk perjalanan. Akhirnya bekal tersebut dimakan oleh rombongan mobil Bokep.
dari kiri ke kanan, atas: dhani, affan, risa, bokep, yudha, imam, budi
bawah: gue (yoshiara), arga, sita, piti, mpus
Lokasi: rest area bagus. masih di tangerang tapi udah di tol arah merak

Kebahagian kami mulai terkumpul lagi di situ. Yudha yang merupakan single fighter dalam menyupir saat itu mulai merasakan kelelahan. Langit saat itu sudah mulai gelap. Waktu sudah menunjukkan sekitar jam setengah 7 malam. Kami pun melanjutkan perjalanan tanpa adanya barter penumpang. Dalam perjalanan, kelelahan membuat sebagian di antara kami tertidur. Apalagi Arga. Hanya meletakkan kepala 2 sampai 3 menit, dia sudah langsung kehilangan kesadarannya. Gue yang saat itu duduk di depan, sengaja ga tidur untuk menemani Yudha menyetir. Waktu itu gue juga ga terlalu mengantuk, jadi gue masih stay buat nemenin Yudha nyetir. Kami ternyata masih harus melewati kemacetan. Namun pada akhirnya kita pun sampai di gerbang tol Cilegon. Betapa membahagiakannya saat itu. Waktu sudah menunjukkan sekitar jam 10 malam saat kita mulai memasuki kawasan Anyer.

Gue sendiri udah sering banget ke Anyer karena kosan Kakak perempuan gue emang di deket sini. Dia kuliah di Teknik Industri Untirta Cilegon yang jaraknya hanya 30 menit perjalanan menuju Anyer. Tapi ini kali pertama gue melewati jalan menuju Anyer dalam suasana malam. Untuk menuju Anyer, kita harus melewati pabrik-pabrik besar yang gue sendiri ga tau itu pabrik apa. Saat kita melewati pabrik-pabrik tersebut, gue dan temen-temen gue benar-benar terpana melihat keindahan lampu-lampu pabrik tersebut. Bangungan-bangunan pabrik tersebut juga tidak biasa. Kami seperti melihat suatu kota di masa depan. Kegembiraan kami pun saat itu mulai terpacu walaupun telah mengalami perjalanan yang kurang menyenangkan.

Saat itu suara air pantai mulai terdengar. Gue dan temen-temen gue yang lain sudah sangat amat excited membayangkan kita bakalan main air disana. Kami yang berada dalam satu mobil ini sudah membayangkan untuk menginap di cottage sederhana dan ingin segera mengistirahatkan tubuh kita yang sudah kaku karena seharian duduk. Terlebih Yudha. Dia tampak sangat lelah dan ingin sekali tidur (...to be continue)


Free time
Kamar 19, Yasmin, Alamanda, Jalan Raya Dramaga
Sabtu, 24 Maret 2012 (22:46 WIB)

Friday, March 16, 2012

Papaku manis, Papaku sayang


Menurut gue, hampir semua orang di dunia punya definisi yang sama tentang sosok seorang ayah. Ayah, papa, bapak, dan apapun panggilan lainnya adalah seseorang yang rela melakukan apa pun untuk anaknya.

Hepni Harto Hutagalung. Seseorang yang gue kenal sebagai ayah biologis selama 20 tahun. Gue sendiri manggil bokap gue dengan sebutan papa sejak gue lahir sampai di umur gue yang udah 20 tahun saat ini. Dua puluh tahun bukan waktu yang singkat untuk gue bisa mengenal bokap gue begitu juga sebaliknya. Bokap gue adalah seorang pria berpostur tubuh besar, tegap, dan memiliki perut yang buncit. Berkumis tebal dengan warna kulit yang cukup dapat dikatakan putih untuk ukuran pria. Sebelum menikah, bokap gue punya badan yang kurus dan penampakan yang tidak terawat. Entah apa yang telah dilakukan nyokap gue sampai bokap gue bisa berubah 180 derajat kayak sekarang.

Bokap gue adalah anak pertama dari sebelas bersaudara. Sebenarnya bokap gue itu anak kedua. Tapi di dunia perbatakan, anak perempuan itu disebut boru sedangkan laki-laki baru dikatakan anak. Aneh juga kalau dipikir-pikir. Bokap gue lahir dan besar di Padang Sidempuan, Sumatra Utara. Ibunya (Opung boru gue) adalah seorang guru SD Negeri, sedangkan ayahnya (Opung doli gue) adalah seorang sipir penjara. Dididik dalam keluarga batak yang tegas dengan ayah seorang sipir penjara membuat bokap gue menjadi ayah yang tegas juga dalam mendidik anak-anaknya. Bokap gue pernah cerita kalau dia pernah digantung terbalik di pohon sama opung gue. Kerjaan opung gue yang adalah sipir penjara membuat dia keras dalam mendidik anak-anaknya. Mungkin karena pengalaman dan didikan opung gue itu, bokap gue dulu pernah menjadi seorang ayah yang keras dalam mendidik anak-anaknya.

Waktu itu gue masih SD. Kalau tidak salah mungkin sekitar kelas 2 atau kelas 3 SD. Malam itu entah kenapa hanya karena berebut posisi di tempat tidur, gue bisa sampai jambak-jambakan sama kakak perempuan gue yang beda umurnya hanya dua tahun dengan gue. Gue emang udah terbiasa buat tidur di pinggir tempat tidur yang dekat dengan lantai sedangkan tempat kakak gue tidur biasanya adalah di pinggir dekat tembok. Entah apa yang dipikirkan kakak gue malam itu. Dia minta gue dengan dia bertukar posisi. Gue yang adalah orang yang tidak biasa menyesuaikan diri dengan lokasi posisi tidur yang baru menolak dengan mentah-mentah. Jadilah gue di situ jambak-jambakan. Dan yang selalu terjadi adalah gue yang pasti nangis kalau lagi berantem dengan kakak gue. Dari kecil gue emang dipanggil anak cengeng karna gampang banget nangis. Sampai-sampai waktu kecil gue benci banget sama lagu Messy yang liriknya gini kalau ga salah “bang bang tut gundal gandil, anak baik jangan cengeng, bang bang tut gundal gandil, anak cengeng ga diajak main”
Jadilah gue di situ takut kalau-kalau ga ada yang ajak gue main lagi.
Balik ke cerita tadi. Suara tangisan dan perkelahian kakak gue tampaknya terdengar jelas sampai kamar bokap gue. Bener aja. Bokap gue langsung naik pitam ngeliat kelakuan gue dan kakak gue. Dia langsung ambil kemoceng dan masuk ke kamar gue. Melihat bokap gue masuk, gue dan kakak gue langsung diam.
“PAKKK!”
Jadilah paha mulus gue jadi sasaran kemoceng. Bokap gue saat itu langsung marah-marah. Gue nahan sakit sambil sesenggukan. Hebatnya kakak gue ga kena apa-apa saat itu. Bokap gue keluar kamar. Saat itu kakak gue langsung bergegas ke tempat tidur posisinya yang biasa dekat tembok dan menutup dirinya dengan selimut. Ckck licik memang. Gue pun langsung mengambil posisi tidur sambil sesenggukan. Ga lama setelah itu, nyokap gue masuk bawa balsem. Nyokap bilang kalau bokap gue yang nyuruh supaya nyokap kasih balsem ke paha gue. Dia bilang bokap gue nyesel banget saat itu.
Aneh memang. Tapi gue ga pernah marah karna hal itu. Besoknya gue sekolah dengan paha yang biru-biru. Yang lebih aneh adalah gue dengan bangga menunjukkan tato bekas kemoceng itu ke temen-temen gue. Anak SD memang amat sangat ababil.

Bokap gue dulu juga adalah seorang yang tempramen. Pernah suatu ketika gue nangis ga terkontrol gara-gara bokap gue. Kalau ga salah waktu itu gue udah SMA. Tapi mungkin masih kelas 1 SMA. Malem itu nyokap gue pulang dari komisi wanita di gereja. Nyokap mampir dulu di warung tenda di dekat gereja. Dia membeli satu kotak penuh pisang goreng Kalimantan dan  gorengan kacang hijau. Keluarga gue termasuk keluarga pecinta pisang goreng. Khususnya adik laki-laki gue yang bedanya 5 tahun sama gue. Yoshua Bilowo Hutagalung. Dia adalah pemakan segala. Jarang banget terucap kata kenyang dari mulutnya. Mungkin karna sedang dalam masa pertumbuhan. Singkat cerita, nyokap gue masuk ke kamar dia yang waktu itu hanya ada gue dan gue sambil membawa sekotak penuh pisang goreng. Kamar nyokap bokap gue emang ruangan multi fungsi. Kami sekeluarga nonton, makan, ngobrol bahkan dapat tidur sama-sama di tempat itu. Gue dan iyos (nama panggilan adik gue), kesenengan waktu pisang goreng itu datang. Setelah memberikan pisang itu, nyokap gue langsung keluar kamar. Iyos langsung dengan cekatan hendak ngambil pisang goreng yang masih cukup panas itu. Gue langsung narik kotak pisang itu dari si iyos. Gue sama sekali ga bermaksud mau berebut pisang goreng. Ga sama sekali. Waktu itu gue cuma ingin nyuruh adik gue buat cuci tangan terlebih dahulu karena gue tau dengan jelas apa aja yang sebelumnya dia pegang. Si iyos yang matanya sudah dibutakan dengan pisang goreng panas yang menggoda itu ga mau memundurkan moment indah buat makan pisang goreng sedetik pun. Dia berusaha merebut pisang goreng yang gue pegang di belakang punggung gue dengan sekuat tenaga. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan muncullah bokap gue. Bokap gue yang ngeliat kejadian itu berpikiran kalau gue dan iyos sedang berebut makanan. Bokap gue mikir gue ngelarang-larang adik gue buat makan banyak. Darah yang ada di sekujur tubuh bokap gue langsung naik ke kepala. Gue shock dengan apa yang dilakukan bokap gue. Gue ga nyangka bokap gue akan selebay itu. Bokap gue langsung narik kotak pisang goreng yang ada di tangan gue. Semua isinya ditumpahkan dan semuanya dikoyak-koyak sampai hancur pake tangan bokap gue sambil marah-marah ke gue ga karuan. Gue yang ketakutan langsung mumut pisang goreng yang berserakan di lantai. Gue berusaha ngebersihin lantai sambil nangis sesenggukan. Adik gue cuma bisa ngacir saat itu. Gue ngerasa hati gue juga ikut hancur kayak pisang-pisang itu. Gue keluar kamar dan  nangis di depan dispenser. Nyokap gue langsung masuk kamar buat nenangin bokap gue. Gue bener-bener nangis sejadi-jadinya di luar. Dari dalam kamar, nyokap gue manggil gue.
“Si, masuk dulu dini.”
“iya ma bentar, aku nyari sapu dulu” jawab gue dengan suara mirip bencong yang lagi nangis pas dijaring sama trantib.
Lama dari gue ngejawab itu, gue ga masuk-masuk ke kamar. Gue nangis di lorong rumah gue sambil jongkok. Yang amat sangat gue inget, waktu itu gue berdoa. Gue ga tau sangking sedihnya gue, gue cuma kepikiran buat berdoa. Nyokap gue yang ga sabar karna gue ga masuk-masuk, keluar kamar buat nyamperin gue.
“Ayo masuk dulu Si”
“Bentar ma, aku lagi berdoa” jawab gue sambil sesenggukan.
Nyokap gue langsung kembali masuk kamar dan ngasih tau bokap gue kalau gue lagi berdoa dulu. Gue mengumpulkan segenap keberanian buat berdiri kemudian nyari sapu dan masuk ke kamar.
“Papa ga suka liat kalian berantem karna makanan” ujar bokap pas gue lagi akting nyapu di kamar.
“Gimana papa ga marah liat kayak gitu” tambah bokap gue.
“Iya pa, tadi aku cuma mau nyuruh iyos cuci tangan dulu.” Jawab gue sebisanya.
“panggil dulu si iyos ma,” suruh bokap gue.
Iyos pun masuk ke kamar dengan raut muka yang disentil dikit pasti nangis. Bokap gue belum nanya apa-apa, adik gue langsung ngomong sambil nangis,
“Kakak Osi ga salah Pa. Tadi kakak cuma nyuruh aku cuci tangan dulu”
Oohhh so sweet sekali ade gue yang satu ini.
Bokap gue yang saat itu amarahnya udah turun nyuruh gue buat ambilin minum buat dia. Gue pun dengan cekatan ngambilin minum. Saat gue kasih minum itu ke bokap gue, dia langsung meluk gue sambil minta maaf.
“maafin papa ya nang. Abis papa ga suka kayak gitu”
Adik gue yang ngeliat hal itu langsung ikutan nangis sejadi-jadinya. Memang sinetron banget adegan yang satu ini. Ga lama dari itu, bokap gue ngomong
“masih ada pisang gorengnya yang bisa dimakan?”
Aduh, please deh pap.

Kalau ada satu kata di atas kata bersyukur, hal itu yang cocok buat menggambarkan perasaan gue atas pilihan Tuhan menempatkan gue sebagai anak kedua dari Bapak Hepni Harto Hutagalung. Gue masih inget waktu itu gue kelas 2 SMA. Gue lagi ada di acara Retreat PPKr SMA 2. Saat itu sedang dalam sesi mengampuni seorang ayah. Satu sama lain disuruh bercerita tentang apa yang ayah pernah lakukan yang amat menyakiti hati kita sebagai sebagai anak. Cerita teman-teman gue begitu mengharukan. Ada yang ditinggal ayahnya pergi, disakiti ayahnya, dan lain-lain. Saat giliran gue bercerita, gue hanya menceritakan tentang kisah pisang goreng.

Hal ini sangat lucu. Gue ga pernah sekalipun merasa marah sama bokap gue karna gue mengenal bokap gue dengan sangat jelas. Semua yang dilakukan bokap gue, gue amat sangat yakin ga ada satu pun di antaranya yang bertujuan buat nyakitin hati gue. Ga ada. Setelah itu adalah sesi nangis-nangisan untuk dapat mengampuni ayah masing-masing. Gue sama sekali ga nangis karna gue merasa ga ada satu pun hal yang perlu diampuni dari bokap gue.

Seiring berjalannya waktu, sifat tempramen bokap gue mulai berkurang bahkan gue ngerasa bokap gue bener-bener jadi sosok yang sabar saat ini. Sekarang ini bokap gue melayani di gereja sebagai seorang Ketua Majelis. Bokap gue bilang, dia mau nerima pelayanan itu karena dia mau belajar jadi orang yang punya integritas. Dari gue kecil, bokap gue adalah sosok pria yang paling gue kagumi. Sifat bokap gue saat ini bener-bener keren. Terlebih waktu kemaren gue sakit. Ga ada kalimat kalimat yang bisa menggambarkan kebaikan bokap gue pas gue lagi sakit kemaren. Sekarang pun gue nulis dengan amat sangat ga nyantai. Gue ga tau mesti gimana buat gambarin betapa baik dan hebatnya bokap gue selama ini. Dia adalah penguat gue, pembimbing gue, dan segalanya buat gue. Gue rasa semua kebaikan di dunia ini udah pernah bokap gue lakuin buat gue. Gue semakin menyadari betapa bokap gue menyayangi gue saat gue lagi sakit kemaren. Terlebih pas gue dirawat di rumah sakit. Baru setengah jam di rumah, bokap selalu pengen balik lagi ke rumah sakit. Semua yang dilakukan bokap sekarang manis banget. Setiap gue pulang ke rumah, papa selalu minta cium.

Ada satu hal unik yang bokap gue kasih tau ke gue. Jadi bokap gue akan menguji siapa pun yang bakal jadi pasangan hidup gue nanti.
“Papa nanti uji dulu cowoknya”
“Gimana caranya?” jawab gue
“Nanti papa siapin tembok dari styrofoam. Dibuat sebisa mungkin tembok itu kayak asli, kayak terbuat dari batu bata yang keras padahal mah cuma styrofoam. Terus papa panggil cowoknya. Papa tantang dia. Kalau kamu benar-benar mencintai anak saya, hantamlah tembok keras itu dengan badanmu”
“Hahaha terus kalau dia berani papa bolehin langsung ya,” jawab gue.
“Bukan gitu. Kalau dia ga berani nabrak tembok itu, papa bakal bilang ‘kamu gugur! Kamu pengecut tidak berani menghantam tembok. Gimana bisa jagain anak saya’. Kalau dia berani nabrak tembok itu papa bakal bilang ‘Kamu bodoh seperti Sondang Hutagalung (orang yang mati karna membakar dirinya sendiri saat demo menentang kebijakan pemerintah)! Sudah saya bilang itu tembok keras, masih saja kamu hantam. Kamu emang mau mati? Terus siapa yang jagain anak saya nanti! Kamu gugur’. Begitu yang bakal papa bilang” papar bokap gue.
Terus kapan gue mau punya pasangan hidup paaaaaaaap -____-

Bokap gue bilang supaya anak-anak perempuannya dapet pasangan hidup yang sosoknya seperti dirinya. Sebelum bokap gue ngomong kayak gitu, gue juga sudah amat sangat ingin punya suami kayak bokap gue. Bokap gue adalah seorang pria yang setia pada Tuhan, dan juga pada keluarga. Dia amat sangat memperlakukan nyokap gue sebagai istri yang paling beruntung di dunia ini.
Dulu bokap gue adalah perwakilan dari gereja gue yang ikut father school yang ownernya adalah persekutuan Kristen di Korea Selatan. Sejak mengikuti kegiatan itu, bokap gue punya slogan
“Papa baik, keluarga baik. Papa baik keluarga baik.”
Dan ternyata hal itu terjadi di keluarga gue.

Besok. 17 Maret 2012 adalah ulang tahun bokap gue yang ke 51 tahun. Dua puluh tahun yang lalu, sejak Tuhan netapin gue sebagai anak biologis dari bokap gue, sejak saat itu pun gue tau, Hepni Harto Hutagalung adalah pria nomor 1 di dunia yang ada dalam hidup gue.
Selamat ulang tahun Pa. Papaku manis papaku sayang.
Tuhan Yesus selalu memberkati papa. Aku sayang papa. Aku cinta papa. Papa luar biasa. Papa hebat. Papa adalah semangat hidup buat aku. Maaf selama ini aku cuma bisa nyusahin, ngehabisin duit keluarga, dan cuma bikin repot. Aku tau aku belom bisa buat papa bangga. Papa pernah bilang kalau aku mau dipakai Tuhan lebih lagi. Iya Pa, aku pastikan aku selalu dalam Tuhan Yesus dan dapat menjadi kesaksian buat orang-orang. Papa yang di dunia aja udah sebaik ini, apalagi Bapa kita di Sorga kan Pa.

“Lord Jesus, I'm very grateful because you have selected the best dad in the world for me. Through him I could see Thy glory. I love You, Lord Jesus”


Free time
Kamar 19, Yasmin, Alamanda, Jalan Raya Dramaga
Jumat, 16 Maret 2012 (20.15 WIB)



Sunday, March 11, 2012

cinta lutung, presiden dan si wakil presiden

Sebenarnya gue belom punya cukup keberanian buat nulis cerita gue yang satu ini. Gue pikir-pikir agak bahaya juga kalau ada yang baca terus ngerti siapa yang gue maksud. Ini cerita lama tapi gue seneng setiap kali gue inget-inget lagi.

Waktu itu gue kelas 3 SMP. Gue sekolah di sekolah swasta katholik dimana gue sama guru gue adalah orang yang paling hitam di kelas. Ngerti kan?
Sekolah gue punya tradisi buat ngadain Retreat setiap akhir tingkat. Misalnya setiap kelas 6 SD, kelas 3 SMP, dan kelas 3 SMA. Tepat saat itu gue kelas 3 SMP yang artinya waktunya angkatan gue buat Retreat. Gue masih inget dengan jelas gue Retreat di Civita yang letaknya engga jauh dari WTC Matahari. Agak garing juga sih deket gitu. Tapi mengingat sekolah gue yang letaknya di pedalaman, hal ini udah cukup istimewa.

Seperti layaknya anak-anak SMP ababil lainnya, gue dan temen-temen gue heboh buat segala persiapan untuk Retreat selama 4 hari 3 malam. Sekedar info buat yang ga tau, retreat itu kegiatan rohani yang dimaksudkan untuk merenungkan kembali apa yang udah terjadi dalam hidup kita termasuk untuk mensyukuri berkat Tuhan dalam hidup kita.
Sebelum berangkat Retreat, banyak hal heboh yang kita bicarakan. Keberangkatan dibagi menjadi 2 shift. Shift kedua berangkat 4 hari kemudian setelah shift 1 selesai melaksanakan Retreat. Gue waktu itu masuk dalam shift 2. Keberangkatan di shift 2 adalah 2 setengah kelas. Gue bersyukur banget waktu itu bukan kelas gue (3E) yang kebagian buat dipecah.

Sekolah gue emang udah langganan setiap tahun buat Retreat di Civita. Rutinnya sekolah gue buat retreat di sana membuat munculnya rumor yang turun menurun dari angkatan atas. Beredar kabar kalau di Civita itu penuh dengan hantu dan teman-temannya. Ada berbagai cerita mulai dari dipanggil setan, ditindih setan, sampai diajak dugem sama setan. Seperti layaknya trend-trend anak ABG, gue sok sok teriak ketakutan waktu lagi cerita-cerita tentang itu. Civita itu dibagi menjadi 2 tempat. Civita 1 untuk satu setengah kelas dan Civita 2 untuk satu kelas. Rumor yang beredar, setan-setan dan hantu-hantu itu gentayangan di Civita 2.

Sampai akhirnya waktu keberangkatan tiba. Terpampang dengan jelas di mading kalau kelas 3E kebagian tempat di Civita 2. Sungguh membahagiakan. Gue yang tergolong kuat iman, hmm, ga seberapa kuatir sama masalah itu. Mau beribadah kok takut hantu. Agak ironis jadinya.

Sesampai kita di Civita semua rumor tentang hantu dan lain-lainnya hilang gitu aja. Semuanya tergantikan sama kebahagiaan dan kebersamaan kita di sana. Saat memulai sesi pertama dengan Romo yang bertugas di sana, kita diwajibkan oleh Romo untuk memilih presiden dan wakil presiden yang nantinya bertugas untuk memimpin kita selama 4 hari di sana.

Gue ga terlalu tertarik karena gue berpikir pasti banyak anak eksis lainnya yang terpilih. Entah bagaimana kejadiannya akhirnya terpilihlah gue jadi wakil presiden. Dan yang menjadi presiden adalah orang yang bakal gue ceritain.

Dia adalah Jonas. Temen cowok yang cukup dekat dengan gue dan temen-temen deket gue yang cewek. Bahkan Jonas itu adalah mantan pacar dari temen deket gue Lira, yang juga ikut Retreat waktu itu. Gue dan dia terpilih jadi presiden dan wakil presiden saat Retreat di civita waktu itu. Keadaan ini memaksa gue sering berdua sama dia di setiap kesempatan.

Kasus pertama yang kita selesaikan berdua adalah membujuk Romo. Waktu itu salah satu temen gue sakit. Namanya Rony. Rony muncul di aula saat kita sedang berada di tengah-tengah sesi ibadah di malam pertama kami di civita. Romo yang melihat hal itu tiba-tiba marah. Dia marah karena ada anak yang terlambat kemudian muncul tiba-tiba di tengah sesi. Rony yang muncul dengan lunglai itu habis kena semprot dari Romo yang berbadan tegap serta berkumis tebal itu. Sampe akhirnya gue memberanikan diri buat mengangkat tangan dan bilang ke Romo kalau Rony memang sudah izin telat karena ia sedang tidak enak badan. Gue udah pede setengah mampus saat itu. Gue pikir gue bakalan jadi orang yang berjasa karna udah menurunkan amarah dari Romo dan menjadi pahlawan buat Rony. Ternyata semua di luar perhitungan gue. Si Romo ngambek karena dia udah terlanjur berdosa dengan marah-marah ke Rony yang ternyata ga salah. Dia marah ke gue dan Jonas karena kita ga lapor dulu
sebelumnya ke Romo. Dan Romo pun walk out dari aula.

Semua temen-temen gue heboh saat itu. Agak geli juga kalau inget betapa kita sok-sokan kocar kacir waktu itu. Akhirnya sebagai pemimpin gue dan Jonas lah yang bertanggung jawab membawa Romo balik ke aula. Sebelum ke ruangan Romo, sepanjang perjalanan gue dan Jonas malah keketawaan. Ini lucu. Gue sama dia sama-sama ga mau kebagian buat ngomong duluan ke Romo. Kita sama-sama lempar tanggung jawab. Sampai kita latihan ngomong dulu sebelum berhadapan langsung sama Romo. Gue ngerasa bahagia banget waktu itu. Ada sesuatu yang aneh yang gue rasain sebagai anak kelas 3 SMP.
Dan kita pun tidak berhasil membawa Romo kembali. Tapi Romo sudah memaafkan kita dan berjanji untuk datang di sesi berikutnya.

Kegiatan-kegiatan gue selama di Civita semakin padat dan menyenangkan. Semua kegiatan semakin mengakrabkan gue dan temen-temen gue lainnya. Termasuk dengan Jonas. Malam kedua adalah malam renungan tentang orang tua. Gue duduk di sebelah Jonas malam itu. Jonas memang terlahir dari keluarga yang berada. Kata temen-temen gue, bokapnya Jonas itu direktur. Tapi ga tau direktur apa. Juragan ojek juga bisa dibilang direktur kan.
Tapi mamanya Jonas udah meninggal. Gue sendiri lupa kapan meninggalnya. Yang jelas pas di retreat itu gue tau kalau nyokapnya Jonas udah meninggal.

Malam renungan di hari kedua adalah mengenang jasa seorang ibu. Jadi ada seorang guru gue, cewek, duduk di kursi yang dikelilingi sama kita peserta retreat. Dikisahkan dalam malam renungan itu guru gue ini adalah ibu dari kita masing-masing. Seorang pemimpin renungan mengkisahkan ibu kita ini menyebalkan. Sering marahin kita ini itu dan sebagainya. 
Masing masing anak mulai dari ujung disuruh buat ngiket guru gue ini di kursi pakai tali yang udah disiapin. Setiap anak yang dapet giliran buat ngiket guru gue ini, dia juga harus mengeluarkan amarah ke ibunya masing-masing lewat kata-kata. Gue inget banget waktu itu gue ada di urutan keempat. Tiga orang temen gue yang maju sebelum gue, ngiket sambil ngeluarin kata-kata amarah buat nyokap mereka. Gue geli sendiri kan ya. Bukannya gue ga hanyut dalam renungan malam itu. Tapi itu beneran lucu. Temen gue nangis sampe ingusnya meler-meler terus maju sambil marah marah "mama jahat, mama ga pernah ngertiin aku"
Gue ga sanggup ngebayangin gue harus maju dan ngomong kayak gitu. Saat itu gue sadar bukan cuma gue doang yang buka mata dan nahan ketawa. Temen-temen gue yang lain beberapa juga gitu. Kita emang udah nangis pas pengantar renungan di awal, tapi jadi nahan ketawa karna temen gue ini. Tiba saatnya giliran gue yang maju. Engga, gue mau kayak sinetron gitu. Akhirnya gue cuma maju terus ngiket guru gue itu tanpa ngomong apapun tapi sok sok sambil marah dan kecewa. Gue merasa keren banget waktu itu. Marahnya elit. Setelah itu, semua temen gue yang maju setelah gue, ngikutin cara gue. Ga ada lagi yang ngeluapin marahnya lewat kata-kata seperti yang disuruh oleh pemimpin renungan. Gue rasa tiga orang temen gue yang maju sebelum gue menyesal sampai sekarang.

Singkat cerita, gue ngerasa ekspresi Jonas beda banget malem itu. Matanya berkaca-kaca. Gue ga tega banget ngeliatnya. Miris banget. Aduh, kalau gue punya keberanian, gue peluk langsung pasti.

Besok paginya ternyata ada sesi lanjutan dari sesi tentang nyokap di malam sebelumnya itu. Kejadian di awal sesi ini adalah awal gue ngerasa deket banget sama dia. Pagi hari sekitar jam 8 pagi kita udah kumpul di aula. Seperti biasa benda-benda yang harus dibawa setiap sesi adalah alkitab, buku tulis, alat tulis dan buku acara. Emang dasar gue si tukang kege'eran, pagi itu pede gue maksimal banget. Keluar kamar sehabis mandi, gue siap-siap ke aula. Seorang temen cewek gue bilang gue cantik pagi itu. Jadilah gue semangat ketemu orang-orang. Gue harap temen gue ga muntah habis ngomong kayak gitu.

Sesampai gue di aula, gue ngeliat aula sudah mulai penuh sama temen-temen gue yang udah di sana dari pagi. Gue dan temen-temen deket cewek gue memilih buat duduk di bagian sayap kanan karena kita duduk dengan pola memutar. Di seberang, pas banget di depan gue, gue lihat Jonas udah duduk anteng banget. Dia ngelihat gue dan mengisyaratkan sesuatu ke gue. Gue sendiri samar-samar ngeliatnya. Agak ga jelas. Sampai akhirnya gue bisa denger dan ngerti apa maksud dia waktu itu. Dia minta gue buat duduk di sebelahnya. Jujur, gue seneng banget waktu itu. Seneng banget. Yang buat gue lebih seneng lagi, waktu itu ga ada lagi kursi kosong di sebelah dia
"Tapi di sebelah lo ga ada kursi kosong Nas"
"Gue cariin kursi deh"
"Mana cari dulu" jawab gue kesenengan.
Setelah gue jawab itu, Jonas berdiri dan siap nyari kursi. Dia akhirnya balik ke tempatnya sambil ngangkat-ngangkat kursi terus naro kursi itu di sebelah kursi dia.
"Tuh Yos udah gue cariin kursi"
Dan gue pun pindah. Ah gue pun semakin ge'er. Sial.

Setelah kejadian pindah kursi itu banyak kejadian lain yang bisa bikin gue kesenengan dan ge'er. Dia nyuruh gue pake jaketnya dan nitipin dompetnya ke gue. Dia ngekor kemana pun gue pergi. Gue pergi ke kolam besar sama dia buat ngasih makan ikan-ikan. Agak terlalu sinetron, tapi gue bener-bener seneng waktu itu.

Ada dua kegiatan puncak di malam terakhir retreat. Yang pertama adalah berjalan bersama-sama ke gua Maria, yang kedua adalah apresiasi seni setiap kelompok. Malam itu gue udah siap di aula buat mobilisasi ke Gua Maria. Mengingat gue adalah wakil presiden, gue harus dateng duluan dan siap di barisan paling depan. Dan mengingat Jonas adalah presiden, dia baris tepat di depan gue.

Sebelum berjalan ke Gua Maria, kita dapat instruksi dari Romo agar kita bergandengan tangan satu sama lain hingga tiba di Gua Maria nanti.
Ok, bergandengan tangan.
Ini artinya adalah gue bergandengan tangan dengan Jonas sampai ke Gua Maria yang gue harap jaraknya amat sangat jauh.

Struktur jalan ke Gua Maria kurang bersahabat. Naik turun, bukit-bukit kecil, licin (karena habis terkena hujan di siang harinya), dan yang lebih merepotkan setiap orang dari kami harus membawa lilin yang sedang menyala. Gue ga merasa repot sama sekali buat bawa lilin karena itu artinya setiap orang dari kita hanya bisa bergandengan dengan satu orang. Artinya ya berpasangan. Dan karena waktu itu gue ada di barisan depan belakang dengan Jonas, dengan sangat terpaksa (ehm), gue harus berpasangan dengan Jonas. Gue melting banget sepanjang jalan. Dia amat sangat perhatian sama gue dan gue ngerasa dia emang beda banget. Jadilah gue ge'er banget malam itu.

Bisa dibilang apa yang terjadi sama gue itu adalah cinlok. Gue sendiri ga tau apa yang dia rasain tapi dia jadi sering banget pengen cerita ini itu ke gue.
Saat di perjalanan pulang, gue nerima telepon dari nyokap gue. Nyokap bilang namboru (tante) gue baru aja meninggal. Namboru gue ini adalah namboru yang paling deket dan baik sama gue. Gue ga kuasa nahan nangis di bus saat itu.
Jonas lihat gue nangis waktu itu. Dia datang dan nyamperin gue. Dia amat sangat perhatian dan sangat membantu buat nguatin gue. Dan itu semakin membuat hati gue kocar kacir ga karuan.

Beberapa hari setelah pulang retreat, di kelas gue semakin dekat dengan Jonas. Dalam dua mata pelajaran, Jonas pindah tempat duduk ke kursi yang berdekatan dengan gue. Gue amat senang dan merasa tambah melting dengan setiap perlakuan dia.

Siang itu kelas gue sedang mengikuti kelas olah raga. Seperti biasa selagi nunggu ini itu gue dan teman-teman cewek gue gosip dan cerita-cerita ga jelas. Entah ga tau datang dari mana, seorang temen gue ada yang ngomong
"Cieee Rere yang baru jadian"
"Sama siapa sama siapa" gue menimpali.
"Sama si Jonas"
Deg!
Gue langsung mundur beberapa langkah kecil waktu itu sangking shocknya. Gue berusaha terlihat sebiasa mungkin di depan temen-temen gue.
"Ciee Rere ga bilang bilang nih" ujar gue dengan tenggorokan yang seperti habis tersedak biji duren.

Gue ga tau harus ngapain. Rasanya langit runtuh dan gue ngerasa kaki gue gemetar nahan kaget. Gue rasanya mau gali lobang dan berebutan sama marmut buat ngumpet di dalam lobang itu.
Satu hal yang gue pelajari dari kisah SMP gue ini, gue ga boleh mudah terpesona sama sesuatu hal. Perhatian dari orang lain yang berlebihan, bukan berarti orang itu suka sama gue.

Dalam kenyataannya, jangan pernah terbang terlalu tinggi karena jatuhnya akan lebih sakit.


Perjalanan pulang ke rumah.
Commuter Line Bogor-Jakarta Kota
Sabtu, 10 Maret 2012 (18.03 WIB)

my secret box

Giliran udah ada sarana menulis, gue malah susah banget buat nulis. Dulu terlalu banyak hal yang pengen gue tulis. Note di hp jadi sarana yang paling cepet buat gue bisa nyalurin apa yang ada di pikiran gue. Dari dulu gue emang pengen banget nulis. Mungkin orang yang paling tau ya dia lagi dia lagi. Si buangan sampah gue, Imam Wahyudi. Gue pernah bilang ke dia kalau gue mau nulis novel. Tapi sayangnya ga pernah jadi.

Tapi kadang gue suka mikir. Bagaimana seseorang bisa nulis apa yang ada di pikiran dan perasaan dia, terus di share lewat internet. Dan yang tambah anehnya semua orang bisa mengakses apa yang dia tulis dengan mudah. Apa semua itu bukan rahasia? Apa orang orang yang nulis itu ga takut orang lain jadi tau apa yang mereka pikirin?  Atau bahkan apa mereka ga takut orang yang mereka pikirin jadi tau? Atau mereka emang sengaja men-setting supaya orang lain tau?

Gue juga jadi ga ngerti. Dan yang tambah aneh, kenapa gue ikut-ikutan nulis di internet kayak gini. Dari dulu, gue cuma jadiin si imam sebagai kotak sampah gue. Dia itu adalah orang yang engga banget buat dimintain saran. Dia adalah orang yang suka ngasih saran yang malah tambah ngejatohin. Contoh gampangnya gini. Misalnya gue curhat ke dia kalo gue laper. Dia bakal bales aduh gue kenyang banget nih abis makan banyak. Itu salah satu contoh hal kecil. Sekalipun gue curhat masalah-masalah besar tentang dilema hidup, dia pun bakal jawab dengan hal yang sama. Semakin bikin dilema. Tapi gue ga ngerti kenapa gue bisa nyaman banget cerita apapun ke dia. Apapun itu. Dari hal penting, sampe hal yang ga penting.

Pertama gue kenal imam itu waktu gue kelas 3 SMA. Untuk jadi temen deket kayak sekarang gue rasa itu tergolong singkat. Gue bareng sama dia cuma 1 tahun. Pertama gue kenal dia adalah karena kita bimbel di tempat yang sama. Galileo Institut. Tempat bimbel yang menurut gue amat sangat penuh dengan kenangan. Dari masa-masa ababil sampe stress ngehadepin ujian-ujian gue lewatin di tempat itu. Kak jo, Kak sule, Kak jay, Kak Lapet, Kak Terry dan kakak-kakak lainnya termasuk orang-orang yang sukses masuk dalam roll hidup gue.

Gue dan imam adalah orang yang paling sering mangkal di galileo. Waktu itu masa-masa ababil banget. Gue dan imam ga cuma berdua. Ada temen-temen lain yang juga sama-sama gila kayak Chacha, Diska, Lia, Gia, Idem, Equita, dan lain-lain. Sangking berisik dan ga jelas kita dijulukin sama Kak Terry sebagai geng nero. Itu bener-bener ababil banget. Hahaha. Si imam jadi seksi kebersihan waktu itu.

Cerita tentang tempat bimbel galileo mungkin ga bakal sempet kalau gue nulis sekarang. Besok-besok bakal gue cicil nulisnya ya :))

Sekarang balik lagi ke Imam. Gue dan imam sering diajak sama Kak Jay buat lomba ngerjain soal fisika. Selalu pakai taruhan. Dan kayaknya kita berdua ga pernah menang lawan Kak Jay. Pulang jam 11 malem, ujan-ujanan, nonton sinetron kepompong bareng dan susah bareng selama di Galileo, mungkin itu yang bikin deket. Imam bahkan pernah ngasih gue air basi. Makasih lho mam -___-

Sampe akhirnya tiba saat gue dan imam pisah. Gue harus menuntut ilmu di Bogor, dan imam lebih jauh lagi. Dia harus hijrah ke Semarang karena diterima di jurusan Planalogi (Tata Letak Kota) Universitas Diponegoro. Tapi hal yang aneh terjadi. Tadinya gue ga terlalu deket sama Imam. Apalagi dalam hal mengumbar rahasia kayak sekarang. Kita sering banget sms-an di awal awal masuk kuliah. Gue inget banget, awal gue smsan adalah ngomongin kacamata. Gue dan imam repot ngomongin kapan kita ganti kacamata. Kisah gue dan imam hampir sama. Kita sama-sama ga punya uang buat ganti kacamata. Pokoknya kalau diinget-inget lagi gue bisa geli sendiri. Gue inget waktu gue curhat-curhatan masalah laptop. Kita sama sama belom dibeliin laptop si semester 1. Itu bener-bener lagi galau-galaunya karena ga punya laptop. Dan akhirnya kita sama-sama dibeliin di waktu yang hampir berdekatan.

Kita terus sms dan cerita-cerita sampe gue ada di semester 6. Dari awal omongan dan topik obrolan gue sama imam bener-bener bermutu. Kita ngomongin soal akademik, soal masalah-masalah perkuliahan kita, tentang jauh dari keluarga dan masalah-masalah krusial lainnya. Kita juga saling nguatin satu sama lain. Seiring berjalannya waktu, topik obrolan gue dan imam pun mengalami penurunan mutu. Dari topik-topik yang krusial kita beralih ngomongin tentang perasaan, gebetan, dan hal-hal yang ada hubungannya dengan itu. Kita sama-sama men-share apa yang kita alamin, tapi malah saling ngeledek dan menjatohkan. Aneh memang. Hahaha. Hal itu terus-terus berulang sampe hari ini. Sampai akhirnya apa yang gue obrolin sama imam lewat sms bener-bener menjadi hal yang ga penting sejagat raya. Contohnya adalah imam pernah sms gue gini "aduh ada 100% ampuh di metos, ga bisa nonton". Atau gue pernah sms dia isinya "galau nih mau mandi atau engga"
Dan masih banyak lagi hal ga penting lainnya. Ngomongin gosip artislah, fb oranglah dan lain-lain.

Tapi entah kenapa, sekalipun saran yang dia kasih ga ada yang guna tapi malah menjatohkan, gue nyaman banget cerita ke dia. Mulai dari soal temen, keluarga, kuliah sampe masalah pribadi. Pokoknya apapun itu. Gue termasuk orang yang selalu nahan buat ngeluh di dunia maya. Setiap kali gue mau ngeluh di twitter atau social network lainnya, pasti ketahan dan akhirnya ga jadi. Akhirnya si imam lagi yang jadi kotak sampah gue. Gue selalu puas setiap abis ngeluh ke imam. Padahal dia malah bales yang manas-manasin. Aneh kan ya.

Ya bagaimana pun, imam adalah orang yang berjasa banget buat hidup gue selama 3 tahun terakhir ini. Dia itu kotak rahasia dan kotak sampah gue yang stay kapan aja. Orang paling aneh dan yg paling ga tepat buat dijadiin tempat curhat. Tapi nyatanya sekarang gue jadi ketergantungan buat cerita ke dia.


my secret box!

Praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Laut
Laboratorim TITL Lantai 4, Dept. THP, FPIK, IPB
Sabtu, 10 Maret 2012 (08.36 WIB)

Friday, March 9, 2012

Disguise

Have you ever felt some kind of emptiness inside
You will never measure up, to those people you
Must be strong, can't show them that you're weak
Have you ever told someone something
That's far from the truth
Let them know that you're okay
Just to make them stop
All the wondering, and questions they may have

I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come

Have you ever seen your face,
In a mirror there's a smile
But inside you're just a mess,
You feel far from good
Need to hide, 'cos they'd never understand
Have you ever had this wish, of being
Somewhere else
To let go of your disguise, all your worries too
And from that moment, then you see things clear

I'm okay, I really am now
Just needed some time, to figure things out
Not telling lies, I'll be honest with you
Still we don't know what's yet to come

Are you waiting for that day when your pain will disappear?
When you know that it's not true what they say about you?
Couldn't care less 'bout the things surrounding you
Ignoring all the voices from my wall

I'm okay, I really am now
Just needed some time
To figure things out
Not telling lies
I'll be honest with you
Still we don't know
What's yet to come

I'm okay, I really am now
Just needed some time
To figure things out
Not telling lies
I'll be honest with you
Still we don't know
What's yet to come
Still we don't know
What's yet to com