Mungkin semua orang bisa ilfeel berteman dengan gue kalau mereka tau apa aja yang gue pikirkan. Setiap jam, menit, detik gue ga pernah berhenti buat mikir. Kalau dijabarkan satu-persatu, gue yakin ga semua yang gue pikirkan itu adalah hal yang penting. Mungkin hanya 40% yang penting. Lalu sisanya?
Gue sendiri ga ngerti kenapa gue selalu memikirkan hal yang sama secara berulang-ulang. Kemarin secara kebetulan gue dapat sedikit pencerahan dari seseorang yang menurut gue memiliki karakter dingin dan ga peduli sama hal-hal sepele.
'Pengen banget kayak lo deh. Stress juga soalnya mikirin hal-hal kecil mulu.'
'Ganti mikirin hal besarlah. Aku sebenarnya juga pemikir. Tapi harus dikontrol mana yang "pantas", mana yang tidak. Buang-buang energi soalnya.'
Seperti itu inti percakapan gue.
Well, nyatanya praktek itu ga semudah teori. Sebenarnya apa sih akar dari seringnya seseorang berpikir? Menurut gue karna dia masih peduli sama apa yang dia pikirkan. As well as myself. Tapi apa iya gue peduli sama banyak hal? Kalau begitu gue pengen banget jadi orang yang ga peduli sama omongan orang lain dan keadaan, hidup dingin dan hidup di jalan gue sendiri. Keren ga sih kayak gitu? Engga ya?
Tau deh ah. Gue rasanya udah putus asa memikirkan cara buat berhenti berpikir.
Apa iya gue harus jadi biarawati biar pikiran gue cuma fokus ke Tuhan?
Dunia, tempat dimana pergumulan takkan pernah habis.
hidup itu rasanya seperti roll playing game. ada stage-stage yang kadang sulit namun ada juga yang terlalu mudah untuk dilewati. menang atau kalah, tidak tahu. rasanya permainan yang sangat menarik. dalam game ini, keputusan ikut atau tidak ada pada kita (Kaname Shibazaki)
Thursday, September 6, 2012
Wednesday, September 5, 2012
Lukisan dan manusia
Lukisan. Suatu karya manusia. Bukan
soal ambisi. Apalagi kepuasan. Tak ada yang perlu diperhitungkan dalam hal ini.
Ini hanya soal skala. Bagaimana melihat objek kemudian menuangkannya dalam
kertas dengan perhitungan yang tepat. Bukan soal pendapat orang lain, tapi
tentang bagaimana diri sendiri
melihatnya menjadi indah. Bukan soal seberapa tajam pensil, tapi seberapa baik
pensil itu dapat menghasilkan goresan. Bukan soal kertas yang kuat, melainkan
tentang kertas yang putih tanpa noda. Setiap detail adalah kewajiban. Tak ada
yang boleh terlewat. Ketika tangan bekerja, mata akan ikut mengawasi. Setiap kesalahan
yang dilakukan oleh tangan, akan diperbaiki oleh tangan sendiri yang diperintahkan
mata. Mata yang mendeteksi setiap kesalahan yang dapat mengurangi keindahan. Setiap
goresan diperhitungkan secara matang dan memiliki makna tersendiri. Kurang satu
goresan, tak akan ada hasil. Keindahan itu akan hilang.
Manusia. Suatu mahakarya Tuhan. Bukan dengan pensil ataupun
kertas. Tuhan yang mengukirnya sendiri. Setiap bentuk dan lekukan Tuhan sendiri
yang memahatnya. Tak ada yang sama. Semua berbeda bahkan hingga garis-garis
melingkar yang ada di setiap jari. Semua menjadi istimewa ketika Tuhan yang
menentukan bentuk tiap organ. Bukan persiapan yang matang, namun persiapan yang
sempurna. Diciptakan untuk memuliakan-Nya di dunia. Tidak sekedar jiwa dan raga,
namun ada masa depan. Terdapat catatan setiap langkah yang akan dilalui. Dirancang
dengan sangat baik. Rancangan damai sejahtera.
Manusia. Ketika dia sadar siapa penciptanya, untuk apa lagi merasa
cemas?
Subscribe to:
Posts (Atom)