Ada banyak pertanyaan di pikiran gue setelah gue baca sebuah
buku rohani yang ditulis oleh seorang penulis bernama Grace Suryani. Bukunya
sederhana. Tulisannya juga menggunakan bahasa yang tidak baku sehingga ringan
untuk dibaca. Banyak tulisannya dalam buku tersebut yang ingin gue kutip, gue
tulis dikertas, terus dilaminating, dan kemudian gue tempel di tembok kamar gue.
Banyak juga referensi ayat-ayat alkitab yang rasanya pas banget buat gue baca
saat-saat sekarang ini. Gue merasa terberkati dengan membaca buku ini. Special
thanks pake banget buat yang udah minjemin buku ini ke gue.
Balik lagi ke kalimat awal tadi. Gue emang merasa terberkati
dari buku yang udah gue baca ini. Tapi kenapa ada perasaan sedih sesudahnya?
Banyak pertanyaan yang muncul di benak gue, sesaat dan setelah gue membaca buku
itu.
Pertanyaan yang pertama, sedekat itukah Grace dengan Tuhan?
Dalam buku tersebut, Grace menceritakan tentang kehidupan
pribadi dia dengan Tuhan. Dia menceritakan bagaimana dia berkomunikasi dengan
Tuhan. Salah satunya kayak kalimat-kalimat di bawah ini yang gue kutip dari
bukunya.
Ketika hendak pergi,
tak jarang aku membuka lemari pakaianku melihat jejeran baju-baju dan bertanya
kepada Tuhan dalam hati, “Tuhan… Tuhan, enaknnya pakai baju apa yah?”
Dialog seperti itu bukan hanya Grace kok yang mengucapkan.
Gue pribadi juga sering berkata demikian. Entah saat mau memilih tujuan main
atau bahkan sekedar memilih makanan. Namun yang jadi hentakan buat gue adalah
ketika Grace ber”komunikasi” dengan Tuhan. Seperti kutipan dari bukunya berikut
ini.
Malam-malam ketika
kesepian, aku berbaring di tempat tidur, memeluk gulingku dan bercerita
kepada-Nya. “Tuhan… tadi aku bertemu dengan dia. Tapi kok rasanya dia tidak
pernah menganggap aku ada. Aku sedih loh Tuhan.”
Ketika aku merasa
tidak berharga, tidak dicintai, merasa diri aku paling jelek sedunia, Tuhanlah
yang menghibur
“Grace, kamu cantik
kok”. Bisikan Tuhan yang selalu aku semprot balik dengan kata-kata, “Aku ngga
percaya! Yah Tuhan, Kau kan yang menciptakan aku, sudah pasti menurut-Mu aku
cantik. Kalau aku beneran cantik mestinya ada dong cowo ciptaan-Mu yang bilang
aku cantik!”
…Aku juga gatau gimana
mulainya, tapi tiba-tiba Tuhan bilang “Grace, perlakukan dia dengan baik karena
dia berharga di mata-Ku”.
Setidaknya itulah beberapa kutipan yang gue ambil dari buku
yang gue baca ini. Kelihatannya sederhana. Mungkin buat orang lain yang baca ga
ada yang bisa menyentak dari kutipan-kutipan tersebut. Tapi engga buat gue.
Jujur gue sedih baca kutipan-kutipan itu. Yang ada di dalam benak gue saat baca
kalimat kalimat itu adalah
Apa iya Tuhan sedeket itu sama Grace?
Apa iya Tuhan lebih sayang Grace dari pada gue?
Ada banyak penggalan-penggalan di buku tersebut yang juga
membuat gue tersentak. Beberapa kali Grace bergumul dan Tuhan langsung
memberikan jawaban. Betapa mudahnya hidup seperti itu. Ada yang digumulkan,
langsung tanya ke Tuhan, dan dia langsung mendengar jawabannya.
Apa iya Tuhan ga ngedenger doa gue selama ini?
Apa doa gue terlalu monoton?
Iya. Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan tersebut gue buat di
pikiran gue hanya untuk mengalihkan pikiran gue dari yang sebenernya terjadi. Gue
udah 20 tahun lamanya jadi orang Kristen. Ga mungkin gue mikir kenapa gue ga
bisa denger suara Tuhan secara langsung di telinga gue layaknya manusia yang
berbicara di sebelah gue. Ga mungkin gue berpikir kenapa Grace bisa segamblang
itu denger jawaban-jawaban pergumulannya.
Yang salah adalah, gue yang masih belum peka. Berdoa, iya
gue berdoa. Saat teduh, iya gue saat teduh. Ke gereja, iya gue ke gereja. Tapi
gue masih belum peka. Gue ga ngebiarin Tuhan ngomong dalam hidup gue. Gue
selalu sibuk dengan pikiran gue sendiri. Atau bahkan ada pergumulan yang udah
Tuhan jawab, dan udah gue denger, tapi gue pura-pura buat ga denger, bahkan
terus berjalan di jalan gue sendiri. Jalan yang merupakan kehendak gue. Bukan
kehendak Tuhan.
Mungkin ada yang salah dengan kehidupan HPDT gue saat ini.
Satu hal yang sekarang menjadi PR besar buat gue adalah memperdalam “pengenalan
akan Tuhan”. Gue mau belajar untuk ber”komunikasi” dengan Tuhan. Semakin gue
kenal Tuhan, semakin gue deket dengan Dia, dan akhirnya gue akan semakin akrab
ngobrol dengan Dia seperti yang Grace lakukan :)
Gue harus belajar peka, dan membuka telinga gue untuk
mendengarkan kalimat-kalimat yang ingin Tuhan sampaikan dalam hidup gue.
“Dan kuingin mengenal-Mu Tuhan, lebih dalam dari semua yang
kukenal. Tiada kasih yang melebihi-Mu. Kuada untuk menjadi penyembah-Mu”
Yang gue yakin saat ini adalah, dunia semakin lama semakin
jahat. Gue butuh Tuhan gue, Tuhan Yesus. Cuma di dalam Dia gue tenang. Cuma di
dalam Dia, gue ga takut sama yang namanya sakit, skripsi, keuangan tipis,
masalah dengan dosen, masalah percintaan, masalah sama temen, dan hal lainnya.
Roma 5:3-5
“Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita karena
kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan
menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan
tidak mengecewakan.”
Grace Suryani, I heart you. Terimakasih untuk pelayanan
literaturnya. Sangat memberkati :)
Abang Amudi paling ganteng, terima kasih telah menyodorkan
buku ini. Lain kali punya orang jangan dipinjemin ke orang lain lagi ya :p. I
miss you Bang
Tuhan Yesus, terima kasih. I love You with all I am :)