Wednesday, September 5, 2012

Lukisan dan manusia


Lukisan. Suatu karya manusia. Bukan soal ambisi. Apalagi kepuasan. Tak ada yang perlu diperhitungkan dalam hal ini. Ini hanya soal skala. Bagaimana melihat objek kemudian menuangkannya dalam kertas dengan perhitungan yang tepat. Bukan soal pendapat orang lain, tapi tentang bagaimana  diri sendiri melihatnya menjadi indah. Bukan soal seberapa tajam pensil, tapi seberapa baik pensil itu dapat menghasilkan goresan. Bukan soal kertas yang kuat, melainkan tentang kertas yang putih tanpa noda. Setiap detail adalah kewajiban. Tak ada yang boleh terlewat. Ketika tangan bekerja, mata akan ikut mengawasi. Setiap kesalahan yang dilakukan oleh tangan, akan diperbaiki oleh tangan sendiri yang diperintahkan mata. Mata yang mendeteksi setiap kesalahan yang dapat mengurangi keindahan. Setiap goresan diperhitungkan secara matang dan memiliki makna tersendiri. Kurang satu goresan, tak akan ada hasil. Keindahan itu akan hilang.

Manusia. Suatu mahakarya Tuhan. Bukan dengan pensil ataupun kertas. Tuhan yang mengukirnya sendiri. Setiap bentuk dan lekukan Tuhan sendiri yang memahatnya. Tak ada yang sama. Semua berbeda bahkan hingga garis-garis melingkar yang ada di setiap jari. Semua menjadi istimewa ketika Tuhan yang menentukan bentuk tiap organ. Bukan persiapan yang matang, namun persiapan yang sempurna. Diciptakan untuk memuliakan-Nya di dunia. Tidak sekedar jiwa dan raga, namun ada masa depan. Terdapat catatan setiap langkah yang akan dilalui. Dirancang dengan sangat baik. Rancangan damai sejahtera.

Manusia. Ketika dia sadar siapa penciptanya, untuk apa lagi merasa cemas?

No comments:

Post a Comment