Lukisan. Suatu karya manusia. Bukan
soal ambisi. Apalagi kepuasan. Tak ada yang perlu diperhitungkan dalam hal ini.
Ini hanya soal skala. Bagaimana melihat objek kemudian menuangkannya dalam
kertas dengan perhitungan yang tepat. Bukan soal pendapat orang lain, tapi
tentang bagaimana diri sendiri
melihatnya menjadi indah. Bukan soal seberapa tajam pensil, tapi seberapa baik
pensil itu dapat menghasilkan goresan. Bukan soal kertas yang kuat, melainkan
tentang kertas yang putih tanpa noda. Setiap detail adalah kewajiban. Tak ada
yang boleh terlewat. Ketika tangan bekerja, mata akan ikut mengawasi. Setiap kesalahan
yang dilakukan oleh tangan, akan diperbaiki oleh tangan sendiri yang diperintahkan
mata. Mata yang mendeteksi setiap kesalahan yang dapat mengurangi keindahan. Setiap
goresan diperhitungkan secara matang dan memiliki makna tersendiri. Kurang satu
goresan, tak akan ada hasil. Keindahan itu akan hilang.
Manusia. Suatu mahakarya Tuhan. Bukan dengan pensil ataupun
kertas. Tuhan yang mengukirnya sendiri. Setiap bentuk dan lekukan Tuhan sendiri
yang memahatnya. Tak ada yang sama. Semua berbeda bahkan hingga garis-garis
melingkar yang ada di setiap jari. Semua menjadi istimewa ketika Tuhan yang
menentukan bentuk tiap organ. Bukan persiapan yang matang, namun persiapan yang
sempurna. Diciptakan untuk memuliakan-Nya di dunia. Tidak sekedar jiwa dan raga,
namun ada masa depan. Terdapat catatan setiap langkah yang akan dilalui. Dirancang
dengan sangat baik. Rancangan damai sejahtera.
Manusia. Ketika dia sadar siapa penciptanya, untuk apa lagi merasa
cemas?
No comments:
Post a Comment