Thursday, September 6, 2012

Berpikir untuk berhenti berpikir

Mungkin semua orang bisa ilfeel berteman dengan gue kalau mereka tau apa aja yang gue pikirkan. Setiap jam, menit, detik gue ga pernah berhenti buat mikir. Kalau dijabarkan satu-persatu, gue yakin ga semua yang gue pikirkan itu adalah hal yang penting. Mungkin hanya 40% yang penting. Lalu sisanya?

Gue sendiri ga ngerti kenapa gue selalu memikirkan hal yang sama secara berulang-ulang. Kemarin secara kebetulan gue dapat sedikit pencerahan dari seseorang yang menurut gue memiliki karakter dingin dan ga peduli sama hal-hal sepele.

'Pengen banget kayak lo deh. Stress juga soalnya mikirin hal-hal kecil mulu.'
'Ganti mikirin hal besarlah. Aku sebenarnya juga pemikir. Tapi harus dikontrol mana yang "pantas", mana yang tidak. Buang-buang energi soalnya.'

Seperti itu inti percakapan gue.

Well, nyatanya praktek itu ga semudah teori. Sebenarnya apa sih akar dari seringnya seseorang berpikir? Menurut gue karna dia masih peduli sama apa yang dia pikirkan. As well as myself. Tapi apa iya gue peduli sama banyak hal? Kalau begitu gue pengen banget jadi orang yang ga peduli sama omongan orang lain dan keadaan, hidup dingin dan hidup di jalan gue sendiri. Keren ga sih kayak gitu? Engga ya?

Tau deh ah. Gue rasanya udah putus asa memikirkan cara buat berhenti berpikir.

Apa iya gue harus jadi biarawati biar pikiran gue cuma fokus ke Tuhan?

Dunia, tempat dimana pergumulan takkan pernah habis.

3 comments:

  1. Replies
    1. si kancil anak nakal suka mencuri ketimun, melankolis ga ya? :p

      Delete
  2. sebenarnya saya bingung..
    kenapa untuk berhenti berpikir saja harus dipikirkan?
    (re: Berpikir untuk Berhenti Berpikir)
    hahaha
    :p

    ReplyDelete